Saya cenderung mengalah jika dihadapkan pada persoalan (lebih tepatnya, persaingan?) hubungan mengenai lawan jenis. Ketika saya menyukai seorang perempuan dan suatu saat saya tahu bahwa ada lelaki lain yang menyukai dirinya, saya memilih mundur teratur dan memberikan kesempatan kepada lelaki tersebut untuk mendekati perempuan yang saya sukai itu. Siapa tahu, mereka memang berjodoh. Demikian pula ketika berpacaran, saya pada dasarnya cenderung menghindari konflik. Ketika ada hal sama yang terjadi, saya memilih untuk mengalah, meskipun itu sulit (dan sakit). Bodohkah saya? Saya rasa tidak juga. Saya lebih senang tali silaturahim dengan si pesaing tetap terjaga. Kalau pun saya bodoh, nantinya pun bisa jadi saya akan berjodoh dengan perempuan yang sama “bodoh”-nya dengan saya, dengan izin Allah tentunya. Hee. :)
“Tuhan, aku titipkan hatiku pada-Mu, sambil aku mengejar mimpiku. Ku tahu aku bisa mempercayakan Engkau untuk memberikannya pada orang yang berani bermimpi dan takkan lelah mendukung mimpiku; teman seperjuangan yang akan memiliki separuh belahan hatiku, yang akan Kami berikan pada-Mu dalam satuan utuh di akhir perjuangan kami. Semoga merdu salam dari-Mu bisa kami dengar setelah kebersamaan mendorong kami untuk melakukan hal hebat atas ridho-Mu. Jadi, sekali lagi, ku titipkan hatiku dalam kerapuhannya dan kecenderungan perasaannya untuk naik-turun; kuserahkan pada tangan kuasa-Mu.”
“Tuhan, aku titipkan hatiku pada-Mu, sambil aku mengejar mimpiku. Ku tahu aku bisa mempercayakan Engkau untuk memberikannya pada orang yang berani bermimpi dan takkan lelah mendukung mimpiku; teman seperjuangan yang akan memiliki separuh belahan hatiku, yang akan Kami berikan pada-Mu dalam satuan utuh di akhir perjuangan kami. Semoga merdu salam dari-Mu bisa kami dengar setelah kebersamaan mendorong kami untuk melakukan hal hebat atas ridho-Mu. Jadi, sekali lagi, ku titipkan hatiku dalam kerapuhannya dan kecenderungan perasaannya untuk naik-turun; kuserahkan pada tangan kuasa-Mu.”